Posted in

Kontroversi di Kampus! IAIN Manado Batalkan Acara Bedah Buku Ahmadiyah, Ada Apa?

IAIN Manado batalkan acara bedah buku berjudul “Menyingkap Tabir Kebenaran Ahmadiyah” yang semula dijadwalkan pada 2 Juni 2025.

Kontroversi di Kampus! IAIN Manado Batalkan Acara Bedah Buku Ahmadiyah, Ada Apa?

Acara ini, yang bertujuan sebagai diskusi ilmiah dan ruang pertukaran gagasan akademik, dibatalkan secara mendadak menyusul surat imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Manado dan MUI Provinsi Sulawesi Utara dengan alasan menjaga kondusivitas kampus.

Keputusan ini menuai kecaman dari berbagai pihak yang menilai pembatalan sebagai bentuk intervensi yang merusak kebebasan akademik dan intoleran terhadap kebebasan berpendapat. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Manado.

Latar Belakang Pembatalan Acara

Acara bedah buku ini diinisiasi oleh Gusdurian IAIN Manado bekerja sama dengan Rumah Moderasi Beragama IAIN Manado. Buku yang dibahas merupakan hasil riset akademik dari Samsi Pomalingo, seorang akademisi Universitas Negeri Gorontalo dan aktivis muda Nahdlatul Ulama, yang hendak dikaji secara akademik.

Satu hari sebelum pelaksanaan, pihak kampus membatalkan acara setelah menerima surat imbauan dari MUI dengan surat bernomor A/28/MUI-MDO/VI/2025 dari MUI Kota Manado dan surat dari MUI Provinsi Sulawesi Utara terkait pertimbangan pelaksanaan kegiatan. Rektor IAIN Manado mengambil kebijakan pembatalan dengan alasan menjaga ketertiban dan kondusifitas lingkungan kampus.

Respons dan Kritik dari Koalisi Advokasi KBB Sulut dan Pihak Akademik

Koalisi Advokasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) Sulawesi Utara bersama Gusdurian Manado dan beberapa organisasi lain mengeluarkan pernyataan mengecam pembatalan tersebut. Mereka menilai bahwa pembatalan berdasarkan imbauan MUI merupakan preseden buruk bagi kebebasan akademik dan iklim toleransi. Serta membatasi ruang diskusi ilmiah di kampus yang seharusnya menjadi ruang terbuka untuk pemikiran kritis.

Kegiatan tersebut tidak dianggap sebagai propaganda ajaran tertentu dan tidak melanggar SKB 3 Menteri mengenai larangan penyebaran ajaran menyimpang karena pembahasan bersifat akademik. KBB Sulut menegaskan bahwa pembatalan ini menunjukkan penyempitan ruang intelektual dan merupakan intervensi yang merusak iklim kebebasan akademik.

Mereka juga menyerukan agar semua pihak menjunjung tinggi nilai demokrasi, hak asasi manusia. Serta kebebasan beragama dan berpendapat yang dijamin oleh konstitusi. KBB Sulut menuntut agar insiden ini menjadi perhatian serius karena dapat mencoreng citra Manado yang dikenal toleran dan majemuk.

Baca Juga: Cegah Modus TPPO ke Kamboja, Imigrasi Sulut Bentuk Desa Binaan Pelindung WNI

Pandangan Tokoh Muslim dan Akademis

Pandangan Tokoh Muslim dan Akademis

Beberapa tokoh Muslim di Manado turut mengkritik keras langkah pembatalan ini. Taufiq Pasiak, mantan Ketua Pimpinan Muhammadiyah Manado, menyatakan kampus harus jadi ruang bebas bertukar pikiran, bukan menutup dialog. Dan menilai pelarangan sebagai tindakan anti-intelektual serta antidemokratis.

Taufiq Bilfaqih, tokoh muda Muslim, menilai pembatalan sebagai pembunuhan intelektualitas dan penghinaan terhadap misi ilmu pengetahuan. Yang menunjukkan kemandirian kampus melemah karena tunduk pada tekanan institusi keagamaan. Mereka menekankan pentingnya dialog terbuka sebagai jalan memahami perbedaan dan menjaga semangat keilmuan serta keberagaman di Manado.

Alasan Resmi dari IAIN Manado dan MUI

Pihak IAIN Manado secara resmi menyatakan bahwa keputusan pembatalan diambil guna menjaga kondusivitas kampus setelah menerima surat imbauan dari MUI. MUI Kota Manado dan Sulawesi Utara menegaskan pembahasan soal Ahmadiyah sudah diatur dalam SKB 3 Menteri dan fatwa MUI. Sehingga menurut mereka kajian lanjutan tidak diperlukan dan dinilai berpotensi menimbulkan keresahan.

Dampak dan Implikasi

Pembatalan ini memunculkan diskusi serius tentang kebebasan akademik, hubungan antara institusi pendidikan dengan lembaga keagamaan, serta tantangan dalam menjaga toleransi dan keberagaman di wilayah yang dikenal relatif harmonis.

Banyak yang mengkhawatirkan bahwa kejadian ini dapat memperburuk citra Manado sebagai kota yang menjunjung keberagaman. Serta melemahkan ruang untuk diskusi intelektual yang sehat dan inklusif di kampus-kampus.

Secara keseluruhan, polemik ini menyoroti ketegangan antara kebebasan akademik dan sensitivitas keagamaan dalam konteks sosial dan politik lokal. Yang membutuhkan dialog konstruktif agar tidak merusak nilai-nilai demokrasi dan kebhinekaan.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang IAIN Manado batalkan acara bedah buku hanya di INFO KEJADIAN MANADO.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.detik.com
  2. Gambar Kedua dari sulsel.idntimes.com