Posted in

Henry Walukow Desak Dinas Kominfo Pro Aktif Bahaya Kerja di Kamboja

Desakan Henry Walukow kepada Dinas Kominfo untuk proaktif menyebarluaskan informasi mengenai bahaya kerja di Kamboja sangat relevan dan mendesak.

Henry Walukow Desak Dinas Kominfo Pro Aktif Bahaya Kerja di Kamboja

Menurut Henry, langkah ini sangat penting untuk menekan angka kasus eksploitasi, penyalahgunaan, dan pelanggaran hak-hak pekerja yang selama ini terus terjadi. Namun kurang tersentuh oleh publik dan pemerintah daerah .

Kondisi Buruh Migran Indonesia di Kamboja

Indonesia sebagai salah satu negara pengirim tenaga kerja migran terbesar di Asia Tenggara memiliki kewajiban besar untuk melindungi warganya yang bekerja di luar negeri. Namun, fakta di lapangan sering kali jauh dari harapan. Kamboja, meski menjadi negara tujuan dengan prospek kerja yang menjanjikan di sektor tertentu seperti manufaktur dan perkebunan, ternyata menyimpan sejumlah risiko besar bagi buruh migran.

Banyak pekerja asal Indonesia yang melapor mengalami jam kerja berlebihan, upah yang tidak sesuai kontrak, kurangnya perlindungan kesehatan. Bahkan tindakan diskriminasi dan pelecehan. Selain itu, informasi mengenai hak-hak buruh dan mekanisme pengaduan di Kamboja masih minim. Membuat mereka rentan terjebak dalam kondisi kerja yang merugikan.

Pentingnya Edukasi Sebelum Berangkat

Di sinilah peran Dinas Kominfo menjadi krusial. Henry Walukow menegaskan bahwa penyebaran informasi yang komprehensif mengenai risiko dan bahaya kerja di Kamboja harus dilakukan secara masif dan tepat sasaran.

Edukasi ini tidak hanya harus menjangkau calon pekerja, tapi juga keluarga mereka. Agar keputusan untuk bekerja di luar negeri dilakukan dengan pengetahuan yang matang.

“Banyak kasus di mana calon pekerja migran berangkat tanpa tahu risiko dan hak-hak mereka. Mereka hanya tergiur janji kerja yang menggiurkan. Ini harus diubah lewat sosialisasi yang intensif,” ujar Henry dalam diskusi bersama media beberapa waktu lalu.

Menurut Henry, sosialisasi tidak boleh hanya sebatas brosur atau pengumuman singkat. Dinas Kominfo harus memanfaatkan teknologi informasi modern seperti media sosial, video edukasi, webinar interaktif, dan kolaborasi dengan berbagai komunitas agar pesan tersampaikan dengan efektif.

Baca Juga: Pria di Manado Digerebek Polisi Terkait Kasus Penjualan Obat Tanpa Resep

Kasus-Kasus yang Mengemuka

Kasus-Kasus yang Mengemuka

Beberapa kasus yang sempat mencuat ke publik menggambarkan realita pahit yang dihadapi buruh migran di Kamboja. Seorang buruh asal Jawa Tengah misalnya, pernah mengeluhkan kondisi kerja yang sangat berat dengan jam kerja hingga 14 jam sehari tanpa waktu istirahat yang cukup. Upah yang diterima bahkan sering terlambat dibayar dan tidak sesuai dengan kontrak awal.

Kasus lain adalah mengenai kurangnya akses pelayanan kesehatan saat buruh mengalami kecelakaan kerja. Keterbatasan bahasa dan jarak membuat pekerja sulit mengakses bantuan medis yang memadai. Situasi ini diperparah dengan minimnya pemahaman mengenai mekanisme perlindungan hukum di negara tujuan.

Kondisi seperti ini tentu saja berpotensi menimbulkan trauma dan kerugian besar bagi pekerja dan keluarganya. Hal ini menjadi alasan kuat untuk memperkuat sosialisasi pra-keberangkatan sebagai langkah pencegahan.

Peran Dinas Kominfo

Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai lembaga pemerintah yang bertugas dalam penyebaran informasi dan komunikasi publik, memiliki peran strategis untuk memberikan edukasi yang tepat. Henry mengusulkan beberapa program konkret yang bisa dilakukan oleh Dinas Kominfo:

  • Peluncuran Kampanye Informasi Terpadu: Membuat kampanye nasional yang menyajikan informasi lengkap tentang kondisi kerja, hak-hak buruh, dan cara mengakses bantuan jika terjadi masalah. Kampanye ini harus didukung dengan konten multimedia yang mudah dipahami.

  • Pembuatan Portal Edukasi Online: Membuka portal atau website khusus yang memberikan materi edukasi, FAQ, dan pengaduan online bagi calon pekerja migran dan keluarganya.

  • Kolaborasi dengan Media Sosial dan Influencer: Menggandeng para influencer dan komunitas digital untuk memperluas jangkauan sosialisasi ke generasi muda yang paling banyak menjadi tenaga kerja migran.

  • Pelatihan dan Workshop Pra-Keberangkatan: Mengadakan pelatihan langsung di berbagai daerah yang menjadi sumber utama buruh migran, untuk memberikan simulasi dan pengetahuan praktis.

Henry juga mengingatkan agar Dinas Kominfo tidak bekerja sendiri. Melainkan harus berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Kementerian Luar Negeri, serta organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada perlindungan buruh migran.

Respons Dinas Kominfo

Menanggapi desakan Henry Walukow, Kepala Dinas Kominfo beberapa daerah menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan program sosialisasi dan edukasi buruh migran. Mereka mengakui bahwa selama ini masih terdapat keterbatasan dalam menjangkau seluruh calon pekerja. Terutama yang berada di daerah terpencil.

Namun, dengan kemajuan teknologi dan dukungan pemerintah pusat. Diharapkan program sosialisasi ini dapat berjalan lebih baik dan menjangkau lebih luas lagi. Dinas Kominfo berencana memaksimalkan penggunaan aplikasi mobile dan platform digital untuk memberikan informasi secara real-time.

Henry sendiri menyambut baik respons ini dan berkomitmen untuk terus mengawal proses sosialisasi agar tidak hanya menjadi janji semata. Menurutnya, perlindungan buruh migran adalah isu kemanusiaan yang harus mendapat perhatian serius dari seluruh elemen negara dan masyarakat.

Untuk informasi terkini dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Manado. Termasuk insiden keamanan dan bencana alam, kalian bisa kunjungi Info Kejadian Manado sekarang juga.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari totabuan.news
  • Gambar Kedua dari www.voaindonesia.com