Aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Sulut menunjukkan pentingnya dialog antara masyarakat dan pihak berwenang dalam menyelesaikan permasalahan.
Ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa, elemen masyarakat, dan pengemudi ojek online berkumpul untuk menyuarakan aspirasi mereka. Namun, situasi sempat memanas ketika beberapa demonstran melemparkan botol air mineral ke arah aparat kepolisian yang berjaga.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Manado.
Penyebab Kericuhan
Kericuhan dalam aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Sulut pada 2 September 2025 dipicu oleh ketegangan antara massa demonstran dan aparat kepolisian. Massa yang terdiri dari mahasiswa, elemen masyarakat, dan pengemudi ojek online menuntut agar seluruh peserta dapat masuk ke halaman gedung untuk menyampaikan aspirasi secara langsung.
Namun, aparat kepolisian yang berjaga menghalau upaya tersebut, mengingat batas waktu aksi yang ditentukan undang-undang hanya hingga pukul 18.00 WITA. Situasi semakin memanas ketika massa melemparkan botol air mineral ke arah aparat, memicu ketegangan lebih lanjut.
Dialog Antara Massa dan Pihak Berwenang
Massa yang terdiri dari mahasiswa, elemen masyarakat, dan pengemudi ojek online mendesak agar seluruh peserta dapat masuk ke halaman gedung DPRD untuk menyampaikan aspirasi secara langsung.
Namun, aparat kepolisian melalui pengeras suara berulang kali mengingatkan massa agar menunjuk perwakilan untuk berdialog dengan anggota DPRD. Polisi menegaskan bahwa para wakil rakyat sudah menunggu sejak siang hari untuk menampung aspirasi demonstran.
Sekitar pukul 17.50 WITA, polisi kembali menyampaikan pengumuman dengan peringatan tegas bahwa sesuai ketentuan Undang-Undang, aksi penyampaian pendapat di muka umum hanya diperbolehkan hingga pukul 18.00 WITA. Namun hingga menjelang batas waktu, massa masih bersikeras agar seluruh peserta aksi dapat ikut masuk, bukan hanya perwakilan.
Situasi semakin memanas ketika beberapa demonstran melemparkan botol air mineral ke arah aparat, memicu ketegangan lebih lanjut. Untuk meredakan ketegangan, Kapolda Sulut, Irjen Pol Roycke Langie, turun langsung menemui perwakilan massa.
Dalam dialog tersebut, Kapolda meminta agar demonstran menyampaikan aspirasi mereka melalui perwakilan, bukan dengan cara-cara anarkis. Selain itu, Ketua DPRD Sulut, Fransiscus Andi Silangen, juga hadir dan berdoa bersama dengan demonstran untuk bangsa dan pengemudi ojek online yang tewas dilindas kendaraan taktis polisi.
Namun, massa menolak dan tetap bersikeras agar seluruh peserta dapat ikut serta dalam dialog. Penolakan terhadap mekanisme tersebut memperburuk situasi dan berkontribusi terhadap terjadinya kericuhan.
Baca Juga: Aksi Demo di DPRD Sulut, Eksekusi Lahan Taas Terancam Berujung Bentrok
Tuntutan Massa
Mereka menuntut agar seluruh peserta dapat masuk ke halaman gedung untuk menyampaikan aspirasi secara langsung. Namun, aparat kepolisian mengingatkan bahwa batas waktu aksi yang diizinkan hanya hingga pukul 18.00 WITA.
Situasi semakin memanas ketika massa melemparkan botol air mineral ke arah aparat, memicu ketegangan lebih lanjut. Kapolda Sulut, Irjen Pol Roycke Langie, turun langsung menemui perwakilan massa dan meminta agar demonstran menyampaikan aspirasi mereka melalui perwakilan, bukan dengan cara-cara anarkis.
Namun, massa menolak dan tetap bersikeras agar seluruh peserta dapat ikut serta dalam dialog. Penolakan terhadap mekanisme tersebut memperburuk situasi dan berkontribusi terhadap terjadinya kericuhan.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap mekanisme dialog juga menjadi faktor penyebab kericuhan. Pihak kepolisian dan Ketua DPRD Sulut meminta agar massa menyampaikan aspirasi melalui perwakilan, bukan dengan cara-cara anarkis.
Namun, massa menolak dan tetap bersikeras agar seluruh peserta dapat ikut serta dalam dialog. Penolakan terhadap mekanisme tersebut memperburuk situasi dan berkontribusi terhadap terjadinya kericuhan.
Dampak Kericuhan
Situasi semakin memanas ketika massa melemparkan botol air mineral ke arah aparat, memicu ketegangan lebih lanjut. Untuk meredakan ketegangan, Kapolda Sulut, Irjen Pol Roycke Langie, turun langsung menemui perwakilan massa.
Dalam dialog tersebut, Kapolda meminta agar demonstran menyampaikan aspirasi mereka melalui perwakilan, bukan dengan cara-cara anarkis. Namun, massa menolak dan tetap bersikeras agar seluruh peserta dapat ikut serta dalam dialog. Penolakan terhadap mekanisme tersebut memperburuk situasi dan berkontribusi terhadap terjadinya kericuhan.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap mekanisme dialog juga menjadi faktor penyebab kericuhan. Pihak kepolisian dan Ketua DPRD Sulut meminta agar massa menyampaikan aspirasi melalui perwakilan, bukan dengan cara-cara anarkis.
Namun, massa menolak dan tetap bersikeras agar seluruh peserta dapat ikut serta dalam dialog. Penolakan terhadap mekanisme tersebut memperburuk situasi dan berkontribusi terhadap terjadinya kericuhan.
Untuk informasi terkini dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Manado. Termasuk insiden keamanan dan bencana alam. Kalian bisa kunjungi Info Kejadian Manado sekarang juga.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.detik.com
- Gambar Kedua dari sulsel.suara.com